Selasa, 14 Oktober 2014

METODE TERAPAN LATIHAN TEATER


v  ARTI DRAMA

  1. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
  2. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
  3. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.

v  ARTI TEATER

  1. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
  2. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
  3. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

v  AKTING YANG BAIK

Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
  1. terdengar (volume baik)
  2. jelas (artikulasi baik)
  3. dimengerti (lafal benar)
  4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Gerak yang balk ialah gerak yang :
  1. terlihat (blocking baik)
  2. jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan)
  3. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
  4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
Ø  Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
Ø  Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
Ø  Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber‑ani.
Ø  Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
Ø  Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
Ø  Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :
Ø  Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
Ø  Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Ø  Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
Ø  Bagian kanan lebih berat daripada kiri
Ø  Bagian depan lebih berat daripada belakang
Ø  Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
Ø  Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
Ø  Yang terang lebih berat daripada yang gelap
Ø  Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung
1.      Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
2.      Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
3.      Menghayati berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.

TATA PANGGUNG (Setting)

1. Pengetahuan Tata Panggung
Tata panggung bisa disebut juga dengan scenery atau pemandangan latar belakang(Background) tempat memainkan lakon. Tata pentas dalam pengertian luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan. Tata pentas dalam pengertian teknik terbatas yaitu benda yang membentuk suatu latar belakang fisik dan memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan mengacu pada definisi di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tata pentas adalah semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung guna menunjang seorang pemeran memainkan lakon.
Sebelum memahami lebih jauh tentang tata pentas, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud pentas itu sendiri. Pentas menurut Pramana Padmodarmaya ialah tempat pertunjukan dengan pertunjukan kesenian yang menggunakan manusia (pemeran) sebagai media utama. Dalam hal ini misalnya pertunjukan tari , teater tradisional ( ketoprak, ludruk, lenong, longser, randai makyong, mendu, mamanda, arja dan lain sebagainya), sandiwara atau drama nontradisi baik sandiwara baru maupun teater kontemporer. Webster mendefinisikan pentas sebagai suatu tempat yang tinggi dimana lakon-lakon drama dipentaskan atau suatu tempat dimana para aktor bermain. Sedang W.J.S. Purwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia menerangkan pentas sebagai lantai yang agak ketinggian dirumah (untuk tempat tidur) ataupun di dapur (untuk memasak). Dengan demikian kalau disimpulkan pentas adalah suatu tempat dimana para penari atau pemeran menampilkan seni pertunjukan dihadapan penonton.
Selain istilah pentas kita mengenal istilah panggung. Panggung menurut Purwadarminta ialah lantai yang bertiang atau rumah yang tinggi atau lantai yang berbeda ketinggiannya untuk bermain sandiwara, balkon atau podium. Dalam seni pertunjukan panggung dikenal dengan istilah Stage melingkupi pengertian seluruh panggung. Jika panggung merupakan tempat yang tinggi agar karya seni yang diperagakan diatasnya dapat terlihat oleh penonton, maka pentas juga merupakan suatu ketinggian yang dapat membentuk dekorasi, ruang tamu, kamar belajar, rumah adat dan sebagainya. Jadi beda panggung dengan pentas ialah pentas dapat berada diatas panggung atau dapat pula di arena atau lapangan.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan, pentas merupakan bagian dari panggung yaitu suatu tempat yang ditinggikan yang berisi dekorasi dan penonton dapat jelas melihat. Dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan panggung pementasan, dan apabila suatu seni pertunjukan dipergelarkan tanpa menggunakan panggung maka disebut arena pementasan. Sehingga pementasan dapat diadakan diarena atau lapangan.
Kini yang dianggap pentas bagi seni pertunjukan kontemporer tidak saja berupa panggung yang biasa terdapat pada sebuah gedung akan tetapi keseluruhan dari pada gedung itulah pentas, yakni panggung dan tempat orang menonton. Sebab pada penampilan seni pertunjukan tokoh dapat saja turun berkomunikasi dengan penontonnya atau ia dapat muncul dari arah penonton. Seperti istilah Shakespeare bahwa seluruh dunia ini adalah pentas ( all the word’s stage). Dengan begitu bisa saja setiap lingkungan masyarakat memiliki sebuah pentas yang memadai dan sesuai untuk mementaskan sebuah seni pertunjukan.
2. Macam-Macam Panggung
Secara fisik bentuk panggung dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu panggung tertutup, panggung terbuka dan panggung kereta. panggung tertutup terdiri dari panggung prosenium, panggung portable dan juga dapat berupa arena. Sedangkan panggung terbuka atau lebih dikenal dengan sebutan open air stage dan bentuknya juga bermacam-macam.
a. Panggung Prosenium atau Panggung Pigura
Panggung prosenium merupakan panggung konvensional yang memiliki ruang prosenium atau suatu bingkai gambar melalui mana penonton menyaksikan pertunjukan. Hubungan antara panggung dan auditorium dipisahkan atau dibatasi oleh dinding atau lubang prosenium. Sedangkan sisi atau tepi lubang prosenium bisa berupa garis lengkung atau garis lurus yang dapat disebut dengan pelengkung prosenium (Proscenium Arch).
Panggung prosenium dibuat untuk membatasi daerah pemeranan dengan penonton. Arah dari panggung ini hanya satu jurusan yaitu kearah penonton saja, agar pandangan penonton lebih terpusat kearah pertunjukan. Para pemeran diatas panggung juga agar lebih jelas dan memusatkan perhatian penonton. Dalam kesadaran itulah maka keadaan pentas prosenium harus dapat memenuhi fungsi melayani pertunjukan dengan sebaik-baiknya.
Dengan kesadaran bahwa penonton yang datang hanya bermaksud untuk menonton pertunjukan, oleh karena itu harus dihindarikan sejauh mungkin apa yang nampak dalam pentas prosenium yang sifatnya bukan pertunjukan. Maka dipasanglah layar-layar (curtain)dan sebeng-sebeng (Side wing). Maksudnya agar segala persiapan pertunjukan dibelakang pentas yang sifatnya bukan pertunjukan tidak dilihat oleh penonton. Pentas prosenium tidak seakrab pentas arena, karena memang ada kesengajaan atau kesadaran membuat pertunjukan dengan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran-ukuran atau nilai-nilai tertentu dari pertunjukan itu kemudian menjadi konvensi. Maka dari itu pertunjukan yang melakukan konvensi demikian disebut dengan pertunjukan konvensional.
Gambar 1. Denah panggung Prosenium
b. Panggung Portable
Panggung portable yaitu panggung tanpa layar muka dan dapat dibuat di dalam maupun di luar gedung dengan mempergunakan panggung (podium, platform) yang dipasang dengan kokoh di atas kuda-kuda. Sebagai tempat penonton biasanya mempergunakan kursi lipat. Adegan-adegan dapat diakhiri dengan mematikan lampu (black out) sebagai pengganti layar depan. Dengan kata lain bahwa panggung portable yaitu panggung yang dibuat secara tidak permanen.
Gambar 2. Panggung portable
c. Panggung Arena
Panggung arena merupakan bentuk panggung yang paling sederhana dibandingkan dengan bentuk-bentuk pangung yang lainnya. Panggung ini dapat dibuat di dalam maupun di luar gedung asal dapat dipergunakan secara memadai. Kursi-kursi penonton diatur sedemikian rupa sehingga tempat panggung berada di tengah dan antara deretan kursi ada lorong untuk masuk dan keluar pemain atau penari menurut kebutuhan pertunjukan tersebut. Papan penyangga (peninggi) ditempatkan di belakang masing-masing deret kursi, sehingga kursi deretan belakang dapat melihat dengan baik tanpa terhalang penonton dimukanya. Sebagai penganti layar pada akhir pertunjukan atau pergantian babak dapat digunakan dengan cara mematikan lampu (black out). Perlengkapan tata lampu dapat dibuatkan tiang-tiang tersendiri dan penempatannya harus tidak mengganggu pandangan penonton.
Berbagai ragam bentuk panggung arena adalah sebagai berikut :
c.1. Panggung arena tapal kuda adalah panggung dimana separuh bagian pentas atau panggung masuk kebagian penonton sehingga membentuk lingkaran tapal kuda.
Gambar 3. Denah panggung arena tapal kuda
c.2. Panggung arena ¾, berarti ¾ dari panggung masuk kearah penonton atau dengan kata lain penonton dapat menyaksikan pementasan dari tiga sisi atau arah penjuru panggung. Panggung arena ¾ biasanya berupa pentas arena bentuk U.
Gambar 4. Denah panggung arena bentuk U
c.3. Panggung arena penuh yaitu dimana penonton dapat menyaksikan pertunjukan dari segala sudut atau arah dan arena permainan berada di tengah-tengah penonton. Panggung arena penuh biasanya panggung arena bujur sangkar atau panggung arena bentuk lingkaran.
Gambar 5. Denah panggung arena bujur sangkar
Gambar 6. Denah panggung arena bentuk lingkaran
d. Panggung Terbuka
Panggung terbuka sebetulnya lahir dan dibuat di daerah atau tempat terbuka. Berbagai variasi dapat digunakan untuk memproduksi pertunjukan di tempat terbuka. Pentas dapat dibuat di beranda rumah, teras sebuah gedung dengan penonton berada di halaman, atau dapat diadakan disebuah tempat yang landai dimana penonton berada di bagian bawah tempat tersebut. Panggung terbuka permanen (open air stage) yang cukup popular di Indonesia antara lain adalah panggung terbuka di Candi Prambanan.
Gambar 7. Denah panggung terbuka
e. Panggung Kereta
Panggung kereta disebut juga dengan panggung keliling dan digunakan untuk mempertunjukkan karya-karya teater dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan panggung yang dibuat di atas kereta. Perkembangan sekarang panggung tidak dibuat di atas kereta tetapi dibuat diatas mobil trailer yang diperlengkapi menurut kebutuhan dan perlengkapan tata cahaya yang sesuai dengan kebutuhan pentas. Jadi kelompok kesenian dapat mementaskan karyanya dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus memikirkan gedung pertunjukan tetapi hanya mencari tanah yang agak lapang untuk memarkir kereta dan penonton bebas untuk menonton.
3. Pokok-pokok Persyaratan Set Panggung/Pentas
Set panggung atau pentas (scenery) yaitu penampilan visual lingkungan sekitar gerak laku pemeran dalam sebuah lakon. Untuk itu dalam merancang pentas harus memperhatikan aspek-aspek tempat gerak-laku, memperkuat gerak-laku dan mendandani atau memperindah gerak-laku. Oleh sebab itu, tugas seorang perancang pentas hendaklah merencanakan set-nya sedemikian rupa sehingga :
  1. Dapat memberi ruang kepada gerak-laku.
  2. Dapat memberi pernyataan suasana lakon.
  3. Dapat memberi pandangan yang menarik.
  4. Dapat dilihat dan dimengerti oleh penonton.
  5. Merupakan rancangan yang sederhana
  6. Dapat bermanfaat terus menerus bagi pemeran atau pelaku.
  7. Dapat secara efisien dibuat, disusun dan dibawa.
  8. Dapat membuat rancangan yang menunjukkan bahwa setiap elemen yang terdapat didalam penampilan visual pentasnya memiliki hubungan satu sama lain.
Oleh karena itu, secara singkat seorang perancang pentas yang membuat set harus memiliki tujuan yaitu: lokatif, ekspresif, atraktif, jelas, sederhana, bermanfaat, praktis dan organis.
  • Lokatif yaitu penataan pentas itu harus dapat memberi tempat kepada gerak laku pemeran atau pelaku pertunjukan.
  • Ekspresif yaitu penataan pentas harus dapat memperkuat gerak-laku dengan memberi penjelasan, menggambarkan keadaan sekitar dan menciptakan suasana bagi gerak-laku tersebut.
  • Atraktif yaitu penataan pentas itu harus dapat memberi pandangan yang menarik bagi penonton.
  • Jelas yaitu penataan pentas itu harus merupakan rancangan yang dapat dilihat dan dimengerti oleh penonton dari suatu jarak tertentu.
  • Sederhana yaitu penataan pentas itu harus sederhana. Sederhana tidak berarti bahwa pentas hanya terdiri dari satu meja dan dua kursi, tetapi penataannya tidak ruwet dan penonton dapat melihat dan menarik maknanya tanpa memeras pikiran dan perasaan.
  • Bermanfaat yaitu penataan pentas harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat bagi para pemeran dengan efektif dan seefisien mungkin.
  • Praktis yaitu penataan pentas itu harus dapat secara efisien dibuat, disusun dan dibawa serta dapat memenuhi kebutuhan teknis pembuatan tata pentas atauscenery.
  • Organis yaitu penataan pentas itu harus dapat menunjukkan setiap elemen yang terdapat didalam penampilan visual penataannya dan memiliki hubungan satu sama lainnya.

TATA CAHAYA (Lighting)


TATA CAHAYA


1. Pengetahuan tata Cahaya
Tata cahaya yaitu  pengaturan sinar atau cahaya lampu untuk menerangi dan menyinari arena permainan serta menimbulkan efek artistik. Tata cahaya sebelum menggunakan lampu-lampu listrik yang ada sekarang ini,  maka pertunjukan masih memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penerangannya. Setelah manusia mengenal api sebagai sumber pemanas dan penerang maka manusia memanfaatkan api sebagai alat penerang pementasan.
Mula-mula manusia memakai api unggun sebagai alat penerangan dan sekaligus sebagai alat pemanas, kemudian setelah ditemukan minyak maka alat penerang berkembang menjadiobor, blencong, cempor dan lain sebagainya. Keterbatasan intensitas penerangan dari api, justru memberikan pengaruh yang indah terhadap gerak-laku pemeran bahkan mampu menimbulkan efek magis dan mungkin sulit didapat pada teater yang tidak menggunakan cahaya seperti itu. Goyang-goyang lidah api ditiup angin menimbulkan efek gelap-terang yang mengundang suasana yang artistik.
Pada saat ini kita telah termanjakan oleh adanya sumber daya listrik sebagai hasil teknologi yang maju. Dengan mudahnya mendapat alat dan sumber listrik maka perlu penguasaan dan penanganan yang lebih serius agar kita tidak terperangkap oleh pencahayaan yang datar. Oleh karena itu, melalui tata cahaya sebagi salah satu kekuatan artistik teater maka harus dapat memukau dan mencekam agar penonton betah untuk menyaksikan jalannya pertunjukan. Jelasnya, sentuhan artistik yang diciptakan oleh tata cahaya itu harus dapat mengungkapkan dan mendukung pemeranan yang hidup dan berkesan dalam pada batin penonton. Cahaya yang artistik disini juga mengandung pengertian cahaya yang dapat menyiapkan perhatian, mengukuhkan suasana, memperkaya set, dan menciptakan komposisi.
2. Tujuan Tata Cahaya
a. Menerangi dan menyinari pentas dan Pemeran
Menerangi yaitu cara menggunakan lampu sekedar untuk memberi terang dan melenyapkan gelap. Jadi semua pentas dan barang-barang yang ada, baik yang penting maupun yang tidak penting semua diterangi. Menyinari yaitu cara menggunakan lampu untuk membuat bagian-bagian pentas sesuai dengan keadaan dramatik lakon. Jadi dengan menyinari daerah-daerah tertentu maka ada sesuatu atau suasana yang lebih yang hendak ditonjolkan agar tercapai efek dramatik.
a. Mengingatkan efek cahaya alamiah. Maksudnya, menentukan keadaan jam, musim, cuaca, keadaan dengan
menggunakan tata cahaya.
b.  Membantu melukiskan dekor atau scenery dalam menambah nilai  warna sehingga tercapai adanya sinar dan
bayangan menonjolkan fungsi dekorasi.
c.  Membantu permainan lakon dengan cara membantu menciptakan suasana kejiwaan.
3. Fungsi Tata Cahaya
a.   Mengadakan pilihan bagi segala hal yang diperlihatkan, maksudnya adalah dengan tata cahaya mencoba
membiarkan penonton dapat melihat dengan enak dan jelas.
b.  Mengungkapkan bentuk sehingga objek yang kena cahaya akan menampakkan bentuknya yang wajar, maka dari itu
penyebaran sinar harus memiliki tinggi-rendah derajat pencahayaan yang memberikan keaneka ragaman hasil
perbedaan tinggi-rendahnya derajat pencahayaan itu.
c.  Membuat gambar wajar, disini termasuk cahaya lampu tiruan yang menciptakan gambaran cahaya wajar yang
memberi petunjuk-petunjuk terhadap waktu sehari-hari, waktu setempat dan musim. Disamping itu juga termasuk
pembuatan cahaya lampu tiruan di dalam set interior, misalnya cahaya lilin, lampu kerudung, lampu dinding dan
lain-lain.
d.  Membuat komposisi, yaitu menggunakan unsur cahaya berdasar atas rancangan, sehingga melahirkan suatu
komposisi yang menunjang kehadiran para pemerannya. Cahaya lampu harus diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memusatkan perhatian penonton pada setiap gerakkan pemeran dan menimbulkan gagasan baru.
e.  Menciptakan suasana,  yaitu dengan menata cahaya maka diharapkan akan menimbulkan perasaan atau efek
kejiwaan penonton. Cara yang ditempuh yaitu dengan pemakaian warna dan cahaya keteduhan.
4. Jenis Lampu
Lampu pentas terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu lampu strip, lampu spot, dan lampu general. Lampu strip terbagi menjadi dua yaitu lampu kaki (lampu yang diletakkan di batas depan bawah pentas yang berguna untuk menghilangkan bayang-bayang) dan lampu border (lampu yang diletakkan di atas pentas di belakang border dan fungsinya sama dengan lampu kaki). Lampu spot yaitu lampu yang mempunyai sumber sinar dengan intensif memberikan sinar pada satu titik bidang tertentu. Fungsinya untuk menonjolkan arena permainan dan sekaligus membangun suasana permainan. Lampu general atauFloodlight yaitu lampu yang mempunyai kekuatan sinar yang besar dan tanpa lensa. Fungsinya untuk menerangi arena permainan.
5. Pengontrolan Sinar dan Warna
Pengontrolan sinar di pentas terbagi atas enam kategori yaitu :
a.  Pengontrolan atas hidup dan matinya lampu, disini harus diusahakan agar hidup matinya lampu tidak dilakukan
secara mendadak sebab kita menyesuaikan dengan kemampuan mata kita untuk menyesuaikan diri.
b.  Pengontrolan atas penyuraman cahaya lampu, disini yang perlu dipertimbangkan adalah membentuk suatu gambar
atau suasana yang alami.
c.  Pengontrolan atas arah sinar, disini yang perlu diperhatikan adalah arah datangnya sinar dan berapa sinar yang
digunakan untuk menyinari dan ini ada hubungannya dengan pembentukan tiga dimensi suatu benda atau pemeran.
d.  Pengontrolan atas besar sinar lampu spot. Pengontrolan ini berguna untuk menentukan besar kecilnya daerah
penyinaran. Semakin lampu digerakkan  kemuka   maka daerah penyinaran semakin besar, begitu juga sebaliknya.
e.  Pengotrolan atas bentuk sinar, ini berguna untuk membentuk sinar disuatu daerah permainan, dan juga besar
kecilnya cahaya di daerah permainan.
f.   Pengontrolan atas warna sinar, disini yang perlu diperhatikan adalah penggunaan warna sinar lampu dan warna
benda yang disinari. Misalnya dekorasi yang seharusnya berwarna merah tetapi karena ketidaktahuan penata
cahaya, dekorasi itu disinari sinar biru maka yang terjadi bukan dekorasi berwarna merah yang ada, tetapi dekorasi
berwarna agak kehitaman.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengontrolan warna sinar yaitu :
1).  Bagaimana percampuran pigmen  dengan pigmen. Jika warna merah, kuning, merah dan biru dicampur dengan proporsi yang wajar akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.

2).  Bagaimana percampuran lampu berwarna dengan lampu berwarna. Jika warna lampu pokok (merah, kuning dan biru-violet) dicampur dengan intensitas cahaya yang wajar akan menghasilkan cahaya warna putih.

3).  Bagaimana percampuran pigmen berwarna dengan lampu berwarna. Misalnya lampu merah disinarkan pada permukaan benda yang hijau akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.

TATA RIAS (Make Up)


TATA RIAS


1. Pengetahuan Tata Rias
Tata rias disini adalah tata rias pentas, jadi segala sesuatu harus ditujukan untuk membentuk artistik yang mendukung pemeran dalam sebuah pementasan lakon. Tata rias yaitu bagaimana cara menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah atau gambaran peran yang akan dimainkan. Sebagai contoh seorang pemeran dalam kehidupan sehari-hari mungkin dikenal sebagai seorang pelajar, tetapi dipanggung dia akan menjadi manusia lain, menjadi seorang pemeran yang digariskan oleh seorang penulis lakon.
Hal yang perlu diperhitungkan dalam tata rias pentas yaitu : jarak antara penonton dengan yang ditonton dan intensitas penyinaran lampu. Dengan memperhitungkan daerah pandang penonton yang mempunyai jarak antara 4 sampai 6 meter maka akan mempengaruhi tebal-tipisnya tata rias. Begitu juga dengan intensitas cahaya dan warna cahaya akan sangat mempengaruhi warna dan kejelas sebuah tata rias.
2. Tugas dan Fungsi Tata Rias
Tugas tata rias yaitu membantu memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada para pemain sehingga terbentuk dunia pentas dengan suasana yang kena dan wajar. Tugas ini dapat merupakan fungsi pokok, dapat pula sebagai fungsi bantuan. Sebagai fungsi pokok, misalnya tata rias ini mengubah seorang gadis belia menjadi nenek tua atau seorang wanita memainkan peranan sebagai seorang laki-laki atau sebaliknya. Sebagai fungsi bantuan, misalnya seorang gadis muda harus memainkan peranan sebagai gadis muda, tetapi masih harus memerlukan sedikit riasan muka atau rambut dan hal-hal kecil lainnya.
3. Kegunaan Tata Rias
a.   Merias tubuh berarti merubah hal yang alami menjadi hal yang berguna artinya dengan prinsip mendapatkan daya
guna yang tepat. Bedanya dengan rias cantik adalah kalau rias cantik merubah hal yang jelek menjadi cantik
sedangkan rias untuk teater adalah merubah hal yang alami menjadi hal yang dikehendaki.
b.   Mengatasi efek tata lampu yang kuat.
c.   Membuat wajah dan badan sesuai dengan peranan yang dimainkan atau dikehendaki.
4. Faktor-faktor yang perlu Diperhatikan dalam Tata Rias
a. Rata dan halusnya baseBase yaitu bahan yang berguna untuk melindungi kulit dan untuk memudahkan
pelaksanaan dan penghapusan tata rias.
b. Kesamaan Foundation. Foundation yaitu bedak dasar yang memberikan dasar warna kulit sesuai dengan warna
kulit peran.
c. Penggunaan garis-garis yang layak. Garis-garis ini berguna untuk memperjelas anatomi muka, batas-batas bagian
wajah (alis, mata, keriput-keriput).
d. Harmoni antara sinar dan bayangan-bayangan. Highlight dan shadow memberi efek bahwa manusia itu tiga
dimensional.
5. Bahan-bahan Tata Rias
a. Base
, yang termasuk ini adalah bedak dingin atau coldcream. Cara memakainya dengan mengambil dengan

telunjuk, letakkan pada bagian yang menonjol, gosok dengan cara memutar sampai rata.
b. Foundation
, ada dua macam yaitu stick dan pasta. Cara menggunakannya sama denganBase.
c. Lines,
 gunanya untuk memberi batas anatomi muka. Macamnya ada Eyebrow pencil (membentuk alis dan

memperindah mata), Eyelash (membentuk bulu mata agar melengkung), Lipstick, Highlightdan Shadow
(menciptakan efek tiga dimensi pada muka), Eyeshadow (membentuk dimensi pada mata).
d. Rouge
, gunanya untuk menghidupkan  pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak mata antara hidung dan mata.
e. Cleansing
, gunanya untuk membersihkan segala tata rias dan juga sebagai nutrient dan pengobatan padan kulit.
6. Macam-macam Tata Rias
a. Rias Jenis yaitu rias yang  dilakukan untuk merubah jenis seorang pemeran, dari laki-laki menjadi wanita atau
sebaliknya.
Gambar 10. Contoh Rias Jenis pada pentas naskah Prabu Maha Anu
karya Robert Pinget terjemahan Saini KM.
b. Rias Bangsa yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran yang harus memainkan peranan bangsa lain.
Misalnya orang Indonesia memerankan tokoh berbangsa Afrika. Jadi harus tahu ciri-ciri setiap bangsa yang menjadi
ciri khas.
Gambar 11. Contoh Rias Bangsa Perancis abad XVIII
c. Rias usia yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran menjadi orang lain yang usianya lebih tua dari
usia pemeran yang asli. Dalam rias rias ini perlu megetahui tentang anaomi manusia dan berbagai tingkat umur,
Ketuaan pada wajah biasanya ditandai dengan kerut pada bibir, dahi dan sudut mata.
Gambar 12. Contoh mengerjakan tata rias usia dari muda ke tua
d. Rias tokoh yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran menjadi tokoh lain. Rias ini termasuk rias
yang agak sulit karena adanya hubungan antara bentuk luar dan watak seseorang. Misalnya rias tokoh untuk seorang
pelacur atau perampok. Rias tokoh sama dengan rias watak.
e. Rias temporal yaitu rias yang berfungsi untuk membeda-bedakan waktu. Misalnya rias sehari-hari akan berbeda
dengan rias mau ke pesta.
f. Rias aksen yaitu rias yang berfungsi untuk mempertegas aksen seorang pemeran yang mendekati peran yang akan
dimainkan. Misalnya Pemuda Jawa akan memainkan peranan sebagai pemuda Jawa.
g. Rias lokal yaitu rias yang ditentukan oleh tempatnya. Misalnya rias seorang petani di sawah akan berbeda dengan
petani tapi sudah dirumah.

TATA MUSIK


Pengartian Musik Teater:
Musik yang mandukung pemantasan dalam pertunjukan teaterbaik yang bersifat intruman maupun lagu, yang menghidupkan suasana di beberapa adegan dan babak dalam suatu pertunjukan.
Musik teater terdiri dari :
  1. Musik pambuka
  2. Musik pengiring
  3. Musik susana
  4. Musik penutup
1. Pengertian musik pembuka
Merupakakn musik di awal pertunjukan teater.
Fungsinya:
Untuk merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang pertunjukan teater yang akan di sajikan, atau bisa juga unruk pengkondisian penonton.
2. Pengertian musik pengiring
Merupakan musik yang digunakan unruk mengiringi pertunjukan di beberapa adegan pertunjukan teater atau perpindahan adegan/ seting
Fungsinya:
Untuk memberikan sentuhan indah dan manis agar ritme permainan seimbang dengan porsi permainan per adegan( tidak semua adengan di beri musik hanya poin-poin adengan tertentu yang dirasa perlu karena dapat merusak keseimbangan pertunjukan),seperti susana , lampu , seting , kostum, mimik expresi, properti.
3. Pengertian musik suasana:
Musik yang menghidupkan irama permainana serta suasana dalam pertunjukan teater baik senang maupun gembira, sedih, tragis.
Fungasinya:
Untuk memberikan ruh permainan yang menarik, indah, dan terlihat jelas antara klimaks dan anti klimaksnya.
4. pengartian musik penutup
Musik terakir dalam dalam pementasan teater
Fungsinya:
Untuk memeberikan kesan dan kesan dari pertunjukan teateryang disajikan baik yang bersifat baik , buruk, gembira, sedih, sebagai pelajaran dan cermin moral penikmat seni teater.
Sarat arranger musik / pemusik teater
  1. Minimal menguasai 1 atau 2 alat musik
  2. Memiliki wawasan luas mengenai musik
  3. Menguasai bebarapa aliran musik
  4. Rajin dan tekun mendengarkan refrensi musik
  5. Terus mencoba melakukan experimen musik baik dalam bentuk intrumen, lagu ataupun kolaborasi.
  6. Mengusai teknis dalam penggunaan alat musik yang berhubungan langsung dengan sound sistem.
Tahapan pemusik teater dalam proses teater
  1. Mempelajari naskah yang akan disajikan kemudian setelah mengetahui plot dan alur ceritanya kemudian membuat arasemen musik / lagu ( di usahakan tidak hanya satu karya,karna untuk cadangan)
  2. Konsultasi ./ komunikasi dengan sutradara jangan sampai terputus / intensitas dijaga dengan sutradara.
  3. Presentasi musik pembuka,pengiring, suasana, dan penutup dengan sutradara sesuai dengan keinginan sutradara.
  4. Inten mengikuti latihan dengan tujuan agar dapat meraba irama permainan yang akan menghasilkan nada dan ide di adengan tertentu dengan ritme permainan yang seimbang dan penekanan nada yang kuat sesuai porsi adegan.
  5. Komonikasi antar aktor/aktris dan semua yang terlibat didalam pementasan, supaya nada yang di tuangkan d permainan sesuai dengan rasa penokohan yang di lakoninya.
  6. Melakukan latih gabungan agar tercipta keseimbangan rasa antar semua crew baik tim seting ,tim lighting, aktor/aktris dan tim musik jadi kesatuan panggung.
Tata sound dalam pementasan teater
Penempatan tata sound dalam pertunjukkan teater sangat penting karena faktor pendukung yang memberikan efek bunyi dan suara. Pengaturan sound yang tepat an seimbang sesuai dengan besar kecilnya ruangan akan mempengaruhi kenayamanana audien untuk menikmati pertunjukan dan dukungan kualitas sound yang standart ( di atas rata-rata baik in-door maupun out-door)